Hallo Ha, Sahabat Kataku
Mengingat-ngingat masa muda
(berasa tua banget), sikuai menjadi cerita indah tersendiri. Sikuai Island
adalah destinasi wisata pertama yang saya dikunjungi setelah menginjak angka
20. Kalau yang belum tahu Sikuai Island, bisa search di internet buat cerita
lengkapnya, merupakan salah satu destinasi wisata di Sumatera Barat. Oh ya
kenapa cerita ini di-labeli “OLD BOOK” karena saya mengunjunginya sudah lama, Maret 2012. Kalau sekarang sih sudah ga tahu gimana perkembangan wisata
pulau ini, karena sudah banyak wisata pulau lain disekitar Padang, Sikuai jadi
kalah pamor.
Saat itu kami berlima berangkat menuju
Sikuai Island dengan menggunakan kapal dari pelabuhan Kota Padang dekat
Jembatan Siti Nurbaya dengan harga Rp. 250.000 (PP) perjalanan menuju Sikuai
Island kami disuguhi pemandangan laut yang biru sejauh mata memandang (ya elah,
namanya juga laut -_-“) dan teriknya matahari siang itu. Karena kapal yang
penuh sesak kami tidak kebagian duduk di dek atas kapal, jadi kapal yang kami
tumpangi ini bertingkat, dan di dek bawah panasnya minta ampun dan sumpeknya
juga minta ampun. Jadinya kami memilih berjemur menikmati angin laut di selasar
depan kapal ditemani teriknya matahari, ternyata bukan cuma kami yang memilh
selasar depan dibandingkan dek bawah, banyak juga yang memilih berpanas-panas
ria dibandingkan harus terperangkap dengan sumpeknya dek bawah kapal.
Perjalanan dari Pelabuhan Siti
Nurbaya ke Sikuai Island kira-kira memakan waktu 1 – 2 jam (saya lupa
tepatnya), kami merapat di dermaga Sikuai Island dengan selamat. Yeeii sampai
Sikuai :v. Hal pertama yang dilakukan setelah turun dari kapal adalah selfie
dan groupie di gerbang masuk Sikuai Island, mengabadikan setiap jengkal Sikuai
yang dilewati. Benar – benar tidak mau melewatkan momen apapun dan sedikitpun.
Kesan pertama tentang Sikuai
Island adalah Pulau yang indah dengan dikelilingi perbukitan (yang baru tahu
kemudian ternyata merupakan bagian Pulau Sumatera), jadi Sikuai ini berbatasan
langsung dengan Pulau Sumatera tepat di seberang Pulau jadi pantainya tenang ga
banyak ombak seolah terperangkap diantara Pulau Sumatera dan Sikuai. Pasir
pantainya putih dan lembut, menurut salah satu teman, pasir pantai Sikuai lebih
lembut dibandingkan denngan Pantai Kuta, Bali. Kami hanya merespon ‘Oh, ya’
Secara dia yang sudah ke Bali, kita kan belum pernah ke Bali. Well, kalau
memang begitu berarti Sikuai Island ga kalah dibandingkan dengan Bali kan,
kalau dikelola dengan baik.
Keliling pulau dengan berjalan
kaki menjadi pilihan yang tepat untuk menghabiskan waktu hingga sore hari,
kapal yang kami tumpangi akan berangkat kembali ke Kota Padang jam 16.30,
setelah makan siang (250 rb tiket PP+lunch) kami memutuskan buat keliling
pulau, pantai Sikuai dengan pasir putihnya yang lembut banyak bebatuan besar
yang menghiasi bibir pantai Sikuai serta perbukitan yang tersusun rapi dari
kejauhan, wahh anugrah alam banget, maha besar Tuhan atas segala apa yang
diciptakan (benar ya, nikmat Tuhan mana lagi yang kita dustakan. Kalo udah begini berasa
melankolis banget ^^).
Selfie dulu (Lengkap
dg 2 jarinya uppss.. No Campaign :v)
Perbukitan di
seberang Pulau
Pantai dan Perahu
Sekian dulu sharing saya tentang
cerita lama ini, Sikuai Island. Mungkin bakal ada yang nanya gimana dengan
Sikuai saat ini? Jawabannya entah lah saya juga tidak tahu. Semenjak gempa
Mentawai 2013 lalu (klo ga salah), Sikuai Island seolah menghilang tidak
kedengaran lagi. Kabarnya orang asing yang menyewa dan mengelola pulau ini
kembali ke asalnya karena takut gempa (spekulasi juga sih, beritanya masih
simpang siur), Sikuai jadi terlantar dan tidak terurus. Diikuti dengan
munculnya wisata Pulau baru di sekitar Sikuai tambah membuat Sikuai seolah
hilang dari peredaran. Sayang sekali Pulau indah ini kalau sampai terlupakan,
sekarang tinggal bagaimana pemkot yang mengambil langkah serius untuk
memperbaiki banyak aspek pariwisata di Sumatera Barat, kita tunggu saja kapan
mutiara ini kembali ditemukan dan dipoles untuk siap di pamerkan ke Mata Dunia.
Salam, Sahabat Kataku
Semoga bermanfaat, and Enjoy The
Day.











0 komentar:
Posting Komentar