Kegelapan menyelimuti
seluruh titik pandangku, aku terduduk disudut kamarku, sudah semenjak siang
tadi setelah orang tua memberitakan kabar itu, “Bayu, kita tampaknya harus
pindah lagi” ujar papaku, aku hanya terdiam sambil memegang sendokku yang penuh
dengan nasi dan potongan ayam, tanganku kembali ke piring, aku menatap papa,
“Papa dipindahtugaskan lagi” tambah papa, aku sedang memikirkan apa yang akan
aku ucapakan, “tapi Papa janji ini yang terakhir, untuk selanjutnya kita ga
bakalan pindah-pindah lagi” ujar Papa. Aku menatap mama, mama hanya mengangguk,
aku berdiri dan bergegas menuju kamarku, baru satu setengah tahun yang lalu,
kami pindah kekota ini dan sekarang sudah mau pindah lagi, aku benar-benar
benci harus pindah ke kota baru lagi, menyesuiakan diri, sekolah, dan
teman-teman yang baru lagi, dan disinilah aku sekarang terduduk didalam
gelapnya kamarku, Mama sudah beberapa kali mondar-mandir kekamarku sejak siang
tadi dan aku masih belum mau membukakan pintu dan bertemu dengan Mama dan Papa,
aku benar-benar malas untuk harus pindah lagi.
Aku terduduk diam
menatap kosong keluar kaca jendela mobilku, cahaya matahari sore menerpa
wajahku, tapi aku tidak menghiraukannya, usaha protesku untuk tidak mau pindah
sia-sia saja karena sudah keputusan perusahaan memindahtugaskan Papa dan aku
mau tidak mau juga harus ikut karena aku tidak punya kenalan dekat atau
keluarga untuk menetap dikota itu, Papa dan Mama telah berusaha mencairkan
suasana muramku dengan mengajakku berbicara mengenai kota baru kami dan
pemandangan-pemandangan yang kami temui diperjalanan, aku hanya menanggapinya
dalam diam.
Aku anak tunggal dari
keluarga ini, jadi aku tidak ada saudara yang bisa aku ajak berbicara, kalau
sudah seperti ini aku lebih suka berdiam diri sendiri melakukan hal-hal yang
menurutku menyenangkan. Papa sedari tadi masing asyik berbicara mengenai kota
baru kami, kata Papa itu adalah salah satu kota pada salah satu provinsi
di pulau Sumatera, aku tidak begitu mengingat apa nama kotanya meski telah
puluhan kali Papa sebutkan dari tadi, aku memang tidak begitu memperhatikan.
Silau mentari pagi
menyusup dari balik mataku yang masih tertutup, aku terbangun sambil mengahalau
sinar matahari pagi yang menyeruak dari balik kaca mobilku, sudah hari kesekian
perjalanan panjang kami, suasana kota dan pelabuhan telah berganti menjadi
deretan pepohonan rindang dimana sinar matahari menyusup diantara pepohonan
yang tingi menjulang, tampaknya sudah memasuki Pulau Sumatera, pikirku. aku
kembali memfokuskan pandangan, perutku sudah menyanyikan senandung paginya,
kapan papa bakal berhenti buat sarapan, ya, pikirku. aku malas menanyakannya
secara langsung, ceritanya aku masih merajuk perihal kepindahan ini. antara
gengsi dan kelaparan, aku hanya kembali memandang pepohonan yang volumenya
telah berkurang karena telah banyak diselingi oleh rumah-rumah penduduk, aku
memperhatikan setiap papan nama yang tertangkap oleh pandanganku untuk mencari
tahu dimana tepatnya aku berada. Papa mulai melambatkan mobilnya, apakah
sudah sampai, pikirku. aku melayangkan pandanganku, tampak sebuah plang besar
sebuah toko ditepi jalan, SUNGAI PENUH, KERINCI.
0 komentar:
Posting Komentar